Senin, 15 September 2008

Menjaga Lisan

Menjaga lisan dari segenap hal yang tidak layak diucapkan. Dosa dan kesalahan anak cucu Adam kebanyakan dilakukan lisan mereka. Tak ada anggota tubuh manusia yang memiliki dosa yang lebih banyak dari lisan.
Diam adalah salah satu pintu kebijaksanaan. Karena itu, jagalah lisanmu, gunakanlah hanya untuk kebaikan. Niscaya dengan itu, engkau akan terbang melayang ke surga.

Barangsiapa mengharapkan keselamatan di dunia dan akhirat, harus menjaga lisannya. Sikap iam tak akan membuahkan sesal. Kerapkali perkataan akan berbuah penyesalan, baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya seseorang itu bersembunyi di bawah lisannya; yakni jika ia berbicara, akan segera terlihat apa yang tersimpan di lubuk batinnya.

Wahai anakku, pertimbangkanlah tutur-bicaramu terlebih dahulu sebelum mengucapkannya. Bila tidak, sebaiknya engkau diam dan membisu.

Andaikan diam dan berbicara itu dapat dinilai, maka diam itu emas dan berbicara itu perak. Ini sesuai ungkapan yang mengatakan, "wahai jiwa, jika tuturmu itu bagai perak, maka diammu adalah emas."

Adakalanya berbicara itu emas karena tantangan yang terhampar di hadapannya, dan diam adalah tanah yang bermakna. Umpama berbicara tentang masalah fikih, memberi nasihat tentang aturan agama dan akhlak mulia, serta lain-lainnya. Bahkan tak jarang, sikap diam akan menjadi racun mematikan. Misal, bersikap diam dari menganjurkan kebaikan (amar makruf) dan mencegah kemungkaran (nahi mungkar), atau memberi petunjuk kepada orang yang membutuhkan. Semoga Allah SWT menunjukimu jalan yang di ridhai-Nya dan menjadikan hari esokmu lebih baik dari masa lalumu.. Amin


Sumber : Wasiat Sang Ayah

Tidak ada komentar: